Rabu, 16 Oktober 2013

Ya tuhan.....Aada apa dengan perasaan  ku ini kenapa aku masih sering mikirin dia,, dia udah punya seseorang disamping.y tapi kenapa aku seperti ini?
Aku udah berusaha buat ngelupain dia dari fikiranku tapi kenapa itu nggak bisa ??
 seharusnya aku sadar dia memank bukan untuk aku, sama skali bukan untuk aku.
Apa sebenarnya perasaanku ini ?? aku sendiri nggak ngerti dengan apa yang aku rasakan, udah berapa bulan ini aku coba untuk lupain dia hampir berhasil, tapii.....,,, TIDAK itu tidak pernah berhasil karena aku masih sering melihat dia ada d.sekitarku,  Aku benci sama dia aku benci sma sifat dia yg udah pernah narik ulur perasaan aku dan pergi begitu saja seolah dia nggak tau kalau dia udah buat hati ku hancur. Dia itu sebenarnya apa sih ?? manusia atau bukan? Sepertinya dia nggak punya hati dia memang sangat menyebalkan aku benci sama dia rasanya aku udh nggak mau lg ngomong sepatah kata sama dia dan udah nggak mau lg ngeliat dia  tapi kenapa itu semua sulit? Sulit untuk membencinya, sulit untuk tidak membalas perkataan.y aku sangat benci dengan keadaan seperti ini

Selasa, 01 Oktober 2013

  • Kadang Tuhan menggunakan rasa sakit tuk mengingatkanmu, mengoreksimu, mengarahkanmu, dan menyempurnakan hidupmu!
  • Kadang seseorang terus mencari bahagia dengan menunjukkan dia tak bahagia. Jika kamu bertemu dengannya, kenalkan dia pada CINTA.
  • Kadang, kamu rindu seseorang, bukan karena lama tak bertemu, tapi karena apapun yang kamu lakukan, kamu berharap dia ada di sampingmu. 
  •  Kamu adalah seorang yang istimewa. Kamu hanya tidak menyadarinya, atau mungkin belum menyadarinya.
  •  Kamu tak akan pernah tahu jika kamu tak mencobanya. Berikan mereka kesempatan hingga mereka memberimu alasan tuk melupakannya.

Jangan pernah menjadi benalu dalam kehidupan orang lain jika di'sisi lain kamu masih punya kesempatan menjadi bunga diwaktu berikut'nya.

Maksut'nya:
Jangan pernah menjadi yang kedua dalam kehidupan cinta orang lain, bila dilain diwaktu yang berbeda kamu masih punya kesempatan menjadi yang utama dalam kehidupan'nya.

Sabtu, 28 September 2013

nGgak tau kenapa aku takut dengan cinta !!?
saking takutnya aku dengan cinta aku sampai takut untuk menoleh kebelakang, Aku takut kalau dia ada di belakang ku dan terus mengejarku, aku takut dia akan selalu menjadi bayang-bayang dalam hidupku, menjadi sesuatu yang terus menghantui aku di setiap harinya.

   Jujur saja aku memang senang melihat dia, gayanya, Tingkah lakunya, cara dia berbicara, dan yang paling penting aku sangat senang jika melihat dia tertawa, seolah-olah tawanya itu membuatku tertidur lelap dan bermimpi tentang hal yang indah, tetapi entah kenapa tiba-tiba aku terbangun dari mimpi indah ku itu, dan menyadari bahwa aku terlalu jauh berharap tentangnya.
   Mungkin dia hanya menggap itu hal yang biasa buatku mendekat kemudian menjauh dan pergi.
dia seakan-akan berubah terhadapku dia kembali menjadi orang yang dingin, Cuek dan mungkin bermasa bodoh tentang perasaanku terhadapnya.
apakah dia tidak mengerti dengan perasaanku??
mungkin dia tidak peka dengan gelagatku terhadapnya??
atau....,,, dia hanya menganggap ini sebatas hal yang biasa saja buat dirinya?? dan disini penyebabnya adalah aku??? Aku yang karena terlalu mudah menganggap hal itu sebagai hal yang beda, aku yang terlalu berlebihan akan sikapnya terhadapku???
Aku memang bodoh, terlalu bodoh dan sangat bodoh... :'(
aku terlalu menanggapi sesuatu yang dia anggap hanya biasa saja menjadi sesuatu yang sangat indah buatku

   Dan sekarang, mulai saat ini aku mencoba membuang perasaanku jauh dari lubuk hatiku dan menghempaskannya kelautan lepas yang luas membentang dihadapanku, kini biarkan perasaanQ yang menggantung ini pergi menjauh dari ku walaupun sesungguhnya itu sangat sulit untuk aku lepaskan.

Rabu, 25 September 2013







Lovely Mom N Dad

My Brother ( ARY LEE )

My Sisther ( ANITA)

My Sisther ( ANGGUN )

My Brother ( ANDIKA)

My nephew ( AIZ )

My nephew ( APRILIA )

My nephew ( ARYHA )

My nephew ( ALIESYAH )

Me 'N' Aliesyah

Seolah-olah :D
At Puncak Bila (sidrap)

My self

Selasa, 24 September 2013

There's a place in your heart
And I know that it is love
And this place could be much
Brighter than tomorrow.
And if you really try
You'll find there's no need to cry
In this place you'll feel
There's no hurt or sorrow.
There are ways to get there
If you care enough for the living
Make a little space, make a better place.

Chorus:
Heal the world
Make it a better place
For you and for me and the entire human race
There are people dying
If you care enough for the living
Make a better place for
You and for me.

If you want to know why
There's a love that cannot lie
Love is strong
It only cares for joyful giving.
If we try we shall see
In this bliss we cannot feel
Fear or dread
We stop existing and start living
Then it feels that always
Love's enough for us growing
Make a better world, make a better world.

Chorus:
Heal the world
Make it a better place
For you and for me and the entire human race.
There are people dying
If you care enough for the living
Make a better place for
You and for me.

Bridge:
And the dream we would conceived in
Will reveal a joyful face
And the world we once believed in
Will shine again in grace
Then why do we keep strangling life
Wound this earth, crucify it's soul
Though it's plain to see, this world is heavenly
Be God's glow.

We could fly so high
Let our spirits never die
In my heart I feel
You are all my brothers
Create a world with no fear
Together we'll cry happy tears
See the nations turn
Their swords into plowshares
We could really get there
If you cared enough for the living
Make a little space to make a better place.

Chorus:
Heal the world
Make it a better place
For you and for me and the entire human race
There are people dying
If you care enough for the living
Make a better place for
You and for me.

Refrain (2x)

There are people dying if you care enough for the living
Make a better place for you and for me.
There are people dying if you care enough for the living
Make a better place for you and for me.

You and for me  Make a better place
You and for me  Make a better place
You and for me  Make a better place
You and for me  Heal the world we live in
You and for me  Save it for our children
You and for me  Heal the world we live in
You and for me  Save it for our children
You and for me  Heal the world we live in
You and for me  Save it for our children
You and for me  Heal the world we live in
You and for me  Save it for our children

pohon pisang daunnya layu
bisa dijadikan pupuk disawah
saat abang bilang i lap yu
ku cuma bisa bilang, cius miapah

Kembang gula di perigi
Untuk aku minum jamu
Kemana pun kamu pergi
Aku slalu rindu kamu.

Nasi uduk masih anget
Beli nye di pinggir jalan
Yang lagi duduk manis banget
Boleh ga kite kenalan

Kelap kelip bintang menari
indah bagai mata bidadari
kanda kuharap menjaga diri
untuk diriku sampei ku kembali
 
Burung elang makannya nasi
Burung kutilang suaranya merdu
duhai sayang pujaan hati
abang kangen dan sangat rindu
 
Ada udang di atas batu
Di bawah batu ada lintah
Bolekah aku bilang
I love you
Untuk kalian semua

Beribu-Beribu Pohon
Beringin
Hanya Satu Si Pohon Randu
Saat Malam Terasa Dingin
Hanya Wajah Mu Yang Aku Rindu
 
Makan roti minumnya susu
Susunya di campur madu
Walaupun tadi kita udah ketemu
Tapi hatiku masih terasa rindu
 
Layang-Layang Terbang Melayang
Jatuh Ke Laut Melayang-Layang
Siapa Bilang Abang
Tak sayang
Siang Malam Terbayang-Bayang

Pergi ke pasar naik onta
Membeli anting intan permata
Gak peduli situ udah tua
Yang penting saling mencinta

terkadang aku berpikir apakah ada orang yang perduli padaku ???
yang bisa mengerti apa yang aku rasakan dan apa yang aku inginkan saat ini?
aku juga selalu merasa bahwa tidak ada seorangpun yang perduli dengan perasaanku.
Cuek, Egois, Masa bodoh itulah pendapatku tentang orang yang berada di sekitarku.
Aku tau aku memang bukan sapa*, aku bukan ratu, aku bukan orang penting yang selalu harus dimengerti, dan aku juga tau kalau aku tidak boleh egois mementingkan diriku sendiri dan perasaaku.
tapi entah kenapa aku selalu merasa di asingkan dan menjadi orang asing bagi mereka semua, merasa tidak pernah ada di tengah mereka, dan tidak dibutuhkan oleh mereka tapi mungkin itu semua karena diriku, diriku yang susah, sulit, dan dan sangat tidak bisa menyesuaikan diriku sendiri atau beradaptasi dengan mereka yang berada di sekelilingku
pada intinya Manusia tidak ada yang sempurna.


sekedar informasi yang mau curhat aku siap ko dengerin curhatan kalian guys,, Sapa tau kita bisa sharing pengalaman atau apalah itu.


                                                                                                     See U Next Time :)
                                                                                                                                   : A.A


niga sumswinda niga salgoitda nae gaseumsogeseo
simjangi ullinda niga geotgoitda nae gaseumsogeseo
cheoeum naege watdeon nalbuteo geuriumi doeeo neon nareul bureunda



jakku nunmuri nanda sirin nunmuri nanda
gaseum apaseo neo ttaemune apawaseo


niga geuriun naren itorok geuriun naren
bogo sipeo tto nunmuri nanda



mogi meinda kkeutnae samkyeonaenda saranghandan geu mal
barame ttuiunda meolli bonaebonda bogo sipdan geu mal
chama jeonhal suga eopdeon mal gin hansumi doeeo gaseume heureunda
jakku nunmuri nanda sirin nunmuri nanda


gaseum apaseo neo ttaemune apawaseo

niga geuriun naren itorok geuriun naren
bogo sipeo tto nunmuri nanda
jakku heulleonaerinda niga heulleonaerinda


gaseume chaseo gaseume niga neomchyeoseo

apeun nunmuri doenda geuriun nunmuri doenda
nae gaseume neon geureoke sanda

jakku nunmuri nanda sirin nunmuri nanda
saranghanikka sarangeun nunmurinikka

neoreul gyeote dugodo ireoke gyeote dugodo
motdahan mal neoreul saranghanda

Telah banyak cara Tuhan menghadirkan cinta
Mungkin engkau adalah salah-satunya
Namun engkau datang di saat yang tidak tepat
Cintaku telah dimiliki.

Inilah akhirnya harus kuakhiri
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun ku tahu cintamu lebih besar darinya

Maafkanlah diriku tak bisa bersamamu
Walau besar dan tulusnya rasa cintamu
Tak mungkin untuk membagi cinta tulusmu
Dan aku memilih setia.

Inilah akhirnya harus kuakhiri
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun ku tahu cintamu lebih besar darinya
Oh ooh.

Seribu kali logika ku untuk menolak
Tapi ku tak bisa bohongi hati kecilku
Bila saja diriku ini masih sendiri
Pasti ku kan memilih kan memilih mu

Inilah akhirnya harus kuakhiri
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun ku tahu cintamu ooh.
Walaupun ku tahu cintamu
Lebih besar daaaa darinya 



When will I see you again?
You left with no goodbye,
Not a single word was said,
No final kiss to seal any sins,
I had no idea of the state we were in,

[Pre-Chorus:]
I know I have a fickle heart and a bitterness,
And a wandering eye, and heaviness in my head,

[Chorus:]
But don't you remember
Don't you remember
The reason you loved me before
Baby, please remember me once more

When was the last time you thought of me
Or have you completely erased me from your memory
I often think about where I went wrong
The more I do, the less I know

Back to [Pre-Chorus:] , [Chorus:]

Gave you the space so you could breathe
I kept my distance so you would be free
And hoped that you'd find the missing piece
To bring you back to me

Back to [Chorus:]

When will I see you again

Menanti-nanti bagaikan bersuamikan raja.
- Menantikan bantuan dari orang yang tidak dapat memberikan bantuan

Sekali air pasang, sekali tepian beranjak; Sekali air di dalam, sekali pasir berubah.
- Setiap terjadi perubahan pimpinannya, berubah pula aturannya

Bagaikan api makan ilalang kering, tiada dapat dipadamkan lagi.
- Orang yang tidak mampu menolak bahaya yang menimpanya

Hancur badan di kandung tanah, budi baik dikenang jua.
- Budi pekerti, amal kebaikan, akan selalu dikenang meski seseorang sudah meninggal dunia

Alang berjawab, tepuk berbatas.
- Perbuatan baik dibalas dengan perbuatan baik, perbuatan jahat dibalas dengan perbuatan kejahatan pula

Cuaca di langit pertanda akan panas, gabak di hulu tanda akan hujan.
- Sesuatu pasti akan ada identitas atau tanda khususnya

Orang mau seribu daya, bukan seribu dali.
- Jika menghendaki sesuatu, pasti akan mendapatkan jalan, jika tidak menghendaki, pasti mencari alasan

Enak makan dikunyah, enak kata diperkatakan.
- Sesuatu hal haruslah dimusyawarahkan terlebih dahulu

Hawa pantang kerendahan, nafsu pantang kekurangan.
- Hawa nafsu tidak boleh diremehkan harus dijaga sebaik-baiknya

Sekali jalan terkena, dua kali jalan tahu, tiga kali jalan jera.
- Bagaimanapun bodohnya seseorang, jika sekali tertipu, tak akan mau tertipu lagi untuk kedua kalinya

Jangan disesar gunung berlari, hilang kabut tampaklah dia.
- Hal yang sudah pasti, kerjakanlah dengan sabar tidak perlu tergesa-gesa

Sehari selembar benar, setahun selembar kain.
- Suatu pekerjaan yang dilakukan dengan keyakinan dan kesabaran akan membuahkan hasil yang baik

Di mana kayu bengkok, di sana musang mengintai.
- Orang yang sedang lengah mudah dimanfaatkan oleh musuhnya

Tambah air tambah sagu.
- Tambah banyak permintaannya, bertambah pula biayanya
- Bila bertambah anak, akan bertambah pula rezekinya


Terlalu aru berpelanting, kurang aru berpelanting.
- Segala sesuatu yang berlebihan atau kurang akan berakibat kurang baik

Menghela lembu dengan tali, menghela manusia dengan kata.
- Segala pekerjaan harus dilakukan menurut tata cara aturannya masing-masing

Lemak manis jangan ditelan, pahit jangan dimuntahkan.
- perundingan yang baik jangan disia-siakan, tetapi hendaknya dipikirkan secara dalam-dalam

Luka sudah hilang parut tinggal juga.
- Setiap perselisihan selalu meninggalkan bekas dalam hati orang yang berselisih, walaupun perselisihan itu sudah berakhir

Makan hati berulam rasa.
- Menderita karena perbuatan orang yang kita sayang

Untung bagaikan roda pedati, sekali ke bawah sekali ke atas.
- Keberuntungan atau nasib manusia tiada tetap, kadang di bawah dan kadang di atas

Kalau tiada senapang, baik berjalan lapang.
- Jika tidak bersenjata atau tidak bertenaga, sebaiknya mengalah

  • Dimana ada cinta, disitu ada kehidupan 
 
  • Dalam ilmu Artmetika Cinta, satu tambah satu sama dengan segalanya; dan dua dikurangi satu sama dengan tidak ada
 
  • Hal paling berat 'tuk dilakukan adalah melihat orang yang kau cinta mencintai orang lain
 
  • Jika kau mencintaiku, biarkanlah aku tahu. Tapi jika tidak, tolong biarkan aku pergi
 
  • Jatuh cinta itu sangat sederhana, tapi jatuh karena cinta itu sungguh mengerikan
 
  • Cinta adalah emosi yang dialami oleh banyak orang dan dinikmati oleh sedikit orang saja
 
  • Cinta itu adalah sebuah obyek seperti obsesi; setiap orang menginginkannya, setiap orang mencarinya, tapi sedikit orang yang mendapatkannya; orang yang pernah melakukannya akan selalu menghargai cinta, tersesat di dalamnya; dan tidak akan melupakannya
 
  • Ketika kekuasaan cinta menguasai cinta kekuasaan, akan ada kedamaian sejati
 
  • Bukan karena kurang cinta, tapi kurang persahabatan yang membuat pernikahan tidak bahagia
 
  • Hidup itu ibarat telepon dari sang kekasih. Ketika terputus tiba-tiba, kita sadar berapa banyak waktu yang telah disia-siakan



Mengenai pendidikan saya…..., saya memulai pendidikan saya di bangku TK, waktu itu saya berusia 6 tahun, saya masuk di TK TNI POLRI Setelah selesai, saya kemudian melanjutkan di sekolah dasar yang bernama SDN 08 MANDONGA dan insyaAllah setelah 6 tahun belajar di bangku SD saya Lulus Kemudian Menlanjutkan lagi pendidikan saya di bangku SMP, dan waktu itu saya masuk di SMP KARTIKA VII-6 KENDARI dan pada tahun 2011 saya Lulus dari SMP tersebut, Kemudian saya bertekad untuk melanjutkan sekolah saya di Sulawesi Selatan (Pinrang), dan kedua orang tua saya menyetujui  permintaan saya, Kemudian saya berangkat dari kota kendari dan datang ke pinrang untuk Mendaftar di SMKN 1 PINRANG, pada awalnya sebenarnya saya ingin memilih jurusan Akuntansi tetapi setelah saya di jelaskan mengenai jurusan Multimedia kepada kakak sepupu saya, pada waktu itu dia bilang kepada saya “jika kamu memilih jurusan multimedia itu sangat baik karena  Teknologi di dunia ini tidak akan pernah ada habisnya dan tidak akan pernah mati” dari kata-kata tersebut saya menjadi lebih ingin tau tentang teknologi canggih oleh karena itu saya memilih jurusan MULTIMEDIA, dan Alhamdulillah saya lulus di SMK tersebut dan bisa memasuki jurusan tersebut, Alasan saya ingin bersekolah disini karena yang pertama saya ingin mandiri dari kedua orang tua saya dan yang kedua saya ingin mencari pengalaman dan suasana baru di kota pinrang ini.






Mengenai agama saya alhamdulillah saya menganut Agama Islam.
         Pada awalnya Ayah dari Ayah saya (Kakek) Yang bersuku China tersebut Menganut agama Kristen Tetapi setelah datang ke Indonesia Kakek saya bertemu dengan Ibu dari ayah saya (nenek) Yang beragama islam dan mereka pun menikah hingga pada akhirnya Kakek saya Mengikuti Nenek saya untuk masuk dan menganut agama Islam tersebut.
Dan pada akhirnya seluruh sodara-sodara ayah saya yang Alhamdulillah semuanya beragama islam. Walaupun ada beberapa keluarga yang beragama kristen antara lain adalah sebagian keluarga dari kakek saya.

Nama saya Anggi Andriani, Jenis Kelamin Perempuan, Saya diLahirkan Oleh ibu saya di Makassar Pada Tanggal 15 November Tahun 1996 Tepatnya di Rumah Sakit SITIFATIMAH MAKASSAR, saya anak ke-3 dari 5 Bersaudara, Agama saya Islam dan suku saya Gado-gado alias => (Makassar, China, Bugis, Kendari)
Karakter saya itu, Mudah Suka sama seseorang, Humoris, Emosian tapi Mudah luluh dan Tersentuh (Nangis), Tidak tegaan sama siapapun, Paling kalo Marah Sama seseorang Cuman Sebentar,.
Saya Orangnya Tidak suka sama yang namanya kekerasan/pertengkaran, Saya juga Paling tidak suka sama laki-laki yang pelit, sok tau, , Pembohong, Munafik, Dan PlaybOy.
Karakter lelaki yang saya senangi Cuek Tapi Humoris, Baik, Bertanggung Jawab, Penyayang, dan Setia.

Bagi para OPTIMIS selalu menemukan KECERIAAN dari lingkungan di sekitarnya, sedangkan bagi para PESIMIS selalu merasa KESEPIAN ditengah keramaian.


  Kami berdiri seperti orang bodoh di situ. Hujan yang tak mampu diprediksi datang semaunya sendiri. Derasnya tak tanggung-tanggung, pemandangan di depan mataku hanya genangan air, selebihnya sampah-sampah plastik mengalir di atas permukaannya. Bau tanah basah sudah menyentuh hidung sejak tadi, betapa aku jatuh cinta pada aroma yang mengesankan ini.
Udara dingin telah menusuk tulang, sampai aku muak dan kesal sendiri. Langkahku terkunci dengan seseorang yang berada di sampingku. Aku mengenalnya, teman sekelas, tapi aku tak tahu namanya. Bagiku, dia belum menjadi seseorang yang spesial, maka aku tak perlu mengingat detail kehidupannya. Dalam suasana menyebalkan seperti ini, apa yang harus kulakukan? Kami berdua dan tak saling membuka suara, hanya lirih... aku bosan.
Aku sibuk mendengar bisikan hujan, seseorang di sampingku sibuk berdialog dengan perasaannya sendiri. Kami diam, masih bertahan untuk tak saling bicara.
“Udah sore ya, kalau kayak gini bisa sampai malam.” ucapnya tenang, mulai berani mengajakku bicara.
Kalau boleh kubocorkan satu rahasia, ini kali pertama kami berbicara. Permulaan yang aneh memang, tapi siapa yang tahu? Segalanya di mulai dari sini, kami yang tak pernah saling peduli tiba-tiba menciptakan percakapan basa-basi. Aku tak langsung menjawabnya, membiarkan pertanyaan itu menggantung di udara beberapa lama.
“Kedinginan?”
Aku mengangguk pelan. Masih tak ingin membuka suara. Memang dingin sekali. Kedua tanganku melingkar di depan dada, aku berusaha keras menghangatkan tubuhku sendiri.
Dengan gerakan tergesa-gesa, ia membuka jaket yang sejak tadi melekat di tubuhnya, kemudian meletakkan jaket itu di kedua bahuku. “Pakailah... kamu lebih butuh.”
Bibirku kelu. Aku tak dapat bergerak. Salah tingkah. Berani-beraninya dia membuat aku berada dalam keadaan serba salah seperti ini. Aku juga tak paham dengan perubahan emosiku. Aku senang, tapi malu, dan ada gejolak lain yang membentuk gugusan warna-warni dalam hatiku. Jaket yang berada di bahu kurapatkan dengan tubuhku. Hangat.
“Kenapa kamu banyak diam? Di kelas, kamu ribut, sering bertanya dengan dosen.” sambutnya lugu, diikuti dengan suaranya yang terdengar manis di telingaku.
“Ribut? Itu aktif, bukan ribut. Mohon bedakan.” sergahku panas, aku menyalak.
“Iya, kamu aktif.” jawabnya pasrah, aku merasa menjadi pemegang situasi. “Tapi, kalau bersama seseorang, kamu banyak diam. Ada sesuatu yang aneh.”
“Sungguh?” aku menatap matanya, tepat di sampingku. “Aneh dibagian mananya?”
“Perlu kujelaskan?” ia langsung bertanya dengan cepat, kemudian mendekatkan wajahnya, memandangku dengan tatapan hangat.
Dipandang seperti itu, aku merasa seperti disirami vermouth dan gin. Pria di sampingku benar-benar memabukan, tatapannya sungguh berbeda dengan pria-pria lainnya. Dan, dia benar-benar mengunci perhatianku.
“Tuh ‘kan, kamu diam lagi.”
“Aku sedang berpikir.”
“Apa yang kaupikirkan dalam suasana sedingin ini?”
“Tidak tahu, matahari makin hilang, langit makin menggelap.”
“Kamu tak menjawab.”
“Memang tadi kamu bertanya apa?”
“Mengapa kaubanyak diam?”
“Karena aku tak mengenalmu.”
“Tapi, kita sekelas.”
“Dalam tempat dan waktu yang samapun, dua orang memang saling bertemu, tapi mereka tak dipaksa untuk saling berkenalan.”
“Jelas saja kautak mengenalku, aku duduk di bangku belakang.”
“Cerdas, sekarang kamu tahu dan mulai paham.”
“Kita terpisah....”
“Hanya beberapa meter, kamu duduk di belakang, beberapa meter dari bangku depan... tempat aku duduk.”
Jawaban terakhirku mendiamkan percakapan kita beberapa detik. Aku dan dia sibuk berdialog dengan perasaan kami masing-masing. Jujur, pria ini memang manis. Aku tertarik untuk memerhatikannya sejak beberapa hari yang lalu. Awalnya, aku menganggap dia aneh. Penampilannya memang acak-acakan, padahal kalau ia mau berdandan sedikit, ia pasti sudah dikejar-kejar wanita yang terkagum-kagum pada sosoknya yang misterius namun kadang banyak omong. Berhubung ia duduk di bangku paling belakang, perhatianku terhalang oleh jarak kita beberapa meter. Di kelas, kami berjauhan, sungguh jauh, sampai tak saling mengenal. Makanya, tadi kubilang juga apa, kalimat pertama adalah percakapan perdana kami. Harusnya disertai dengan kembang api dan petasan lebaran, tapi, ah... tak perlu, pria ini tidak spesial.
“Pernah berpikir tidak, datangnya hujan dari mana?” ia mulai berani mengawali percakapan.
“Dari air mata yang enggan diturunkan, karena terlalu banyak jumlahnya, makanya deras.” jawabku sekenanya.
“Ngasal saja!”
“Loh, emangnya salah?”
“Tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar, tergantung persepsi.”
“Lihatlah, kamu sibuk berfilosofi!”
“Itu pendapatku, Sera.”
Aku terdiam untuk beberapa detik. “Kamu tahu namaku?”
“Siapa yang tidak kenal orang seaktif kamu?”
“Tapi, aku tak mengenalmu.”
“Jelas saja, kauhanya mengenal yang ada dalam duniamu, dan aku adalah dunia yang berbeda.”
Mendengar jawabannya yang agak sinis, aku memukul lembut bahunya. “Aku tak tahu kalau pembicaraan kita bisa semenyenangkan ini.”
“Aku juga tak tahu, bisa melewati sore dengan hujan sederas ini, sedingin ini, bersama seseorang yang menyenangkan seperti kamu.”
“Lihatlah, kaumelucu!”
“Kalau begitu, tertawalah, Sera.”
Bibirku terkunci, aku tidak tertawa. Ah, memang tak terlalu lucu, untuk apa aku tertawa. “Banyak tugas, bagaimana aku bisa pulang?”
“Apa di otakmu hanya berisi tugas, tugas, dan tugas?”
“Otak punya kemampuan untuk menyaring hal yang penting, tugas termasuk hal penting.”
“Banyak hal penting di dunia ini, tapi luput dari pandanganmu.”
Aku mengela napas berat. “Namamu sepertinya juga penting, bolehkah aku tahu?”
“Apalah arti sebuah nama, jika yang diingat banyak orang hanyalah tindakan yang dilakukan, bukan nama yang melakukan?”
“Nama itu penting, kalau berkesan juga akan diingat. Makanya, aku tak ingat namamu, karena kamu belum berkesan.”
“Aku belum berkesan?” tatapannya mendelik ke arahku.
Aku tak menjawab, saat pertanyaan itu selesai dia ucapkan. Aku juga tak bergerak, ketika wajahnya tiba-tiba mendekati wajahku. Aku tidak mendorongnya juga tak menghempaskan tubuhnya, ketika ia memegang lembut daguku kemudian menciumku.
Tubuhku dan tubuhnya rapat sekali, sampai aku tak bisa membedakan sedang berada di mana aku sekarang.
Deg.
Dunia nyata dan dunia mimpi seperti berebut tempat di otakku.

*Aku selalu datang paling pagi, mengincar bangku depan, aku tak ingin ketinggalan pelajaran yang menggiurkan. Aku duduk sendirian, kelas masih sepi, mungkin teman-temanku masih sibuk dalam dunia mimpi. Aku membuka buku pelajaran, membolak-balik setiap halaman. Terlalu rajin.
Tatapanku menyentuh jendela. Mendung. Sayang sekali kalau sampai hujan, hujan membuat setiap orang merasa ngantuk, berbeda situasi jika ada seseorang yang dipeluk. Tapi, siapa yang mau berpelukan di tengah pelajaran? Aku yakin teman-temanku masih waras, aku pun juga begitu.
Heran sudah jam segini, yang datang hanya segelitir orang, dihitung dengan jaripun masih bisa. Kemana teman-temanku? Jadi, mendung tak tahan untuk menangis, manja sekali. Hujan.
Kelas sepi, banyak yang datang terlambat. Pengajar sudah masuk yang lainnya masih tergopoh-gopoh dengan baju yang kebasahan, kehujanan. Pria itu, yang kutunggu-tunggu, juga datang terlmbat. Seperti biasanya, ia duduk di bangku belakang.
Mata kami tadi sempat bertemu, hanya beberapa detik, lalu saling melepaskan. Seakan-akan tak terjadi apa-apa kemarin sore. Seakan-akan tak ada peristiwa penting yang terjadi saat hujan kemarin. Apakah semua pria seperti itu? Selalu mudah lupa dan mudah menganggap segalanya tak penting?
Aku menghela napas, seharusnya dia memang tak penting, dan aku juga tak perlu memikirkannya. Tapi, sejak peristiwa kemarin, entah mengapa dia tak berhenti menghampiri otakku. Aku tak bisa melupakan tatapannya yang asing kala itu. Betapa manisnya dia saat memberikan jaketnya untuk menghangatkan tubuhku. Matanya, hidungnya, bibirnya, dan suara lembutnya berotasi dalam pikiranku.
Sialan! Keluhku kesal, dalam hati. Mengapa dia berbeda? Mengapa dia tak semanis kemarin? Mengapa dia tak sehangat dan seramah saat bersamaku... saat kita hanya berdua.
Pria yang kulihat saat ini, yang sedang diam-diam kuperhatikan, adalah pria yang berbeda, bukan pria manis yang mengejutkanku dengan sentuhan bibirnya. Sungguh berbeda, aku tak melihat sosok manis itu dalam dirinya saat ini. Mengapa segalanya berubah dalam hitungan jam?
Aku jadi tak bersemangat memerhatikan pengajar, juga tak bersemangat mencatat. Aku ingin jawaban dari semua rasa penasaranku. Pria itu... bahkan dia tak menatapku. Dan, aku? Hey, aku menemukan diriku yang berbeda, kali ini aku menyerongkan posisi dudukku, diam-diam menatap ke arah belakang, berharap wajah itu setidaknya menatapku dengan tatapannya yang polos dan lugu seperti kemarin.
Sekarang, aku juga berbeda. Aku semakin heran karena perhatianku tiba-tiba terenggut oleh sosok yang tak kukenal. Masih tentang pria itu, pria yang tak kukenal namanya. Aku bahkan tak peduli pada detak jam dinding, juga waktu yang bergulir cepat ketika aku menikmati wajahnya, memerhatikan belahan bibirnya yang kemarin sore kurasakan.
Sungguh, dia sangat memabukkan.
Kali ini, pandanganku menjalar menyentuh rambutnya yang hitam. Tak terlalu rapi memang, tapi bagiku potongan rambutnya membuat dia terlihat lebih tampan dan sederhana. Rahangnya menambah kesan angkuh; angkuh yang eksklusif. Ya, maksudku, dia nampak seperti pria yang sulit ditaklukan. Hidungnya yang tak terlalu mancung memang menambah kesan menyenangkan ketika ia mendesahkan napasnya pelan. Bibirnya, sudah kujelaskan, dan bisa merasakan bibirnya memang hal yang sangat mendebarkan, seperti kemarin sore.
Keindahan apa lagi yang belum kujelaskan tentang dirinya? Lehernya yang jenjang memang kadang ia sembunyikan. Dadanya yang bidang membuat semua wanita ingin bersandar hangat dalam peluknya. Oh, Tuhan, mahluk macam apa yang Kauizinkan untuk menggodaku kali ini?
Sudahlah, aku memutuskan untuk melepaskan pandanganku dari sosoknya. Toh, dia makin cuek, dia juga tak mau menatapku. Dia sudah menjadi mahluk paling berbeda meskipun baru puluhan jam yang lalu kami melewati waktu bersama.
Pengajar sudah meninggalkan kelas, aku merapikan bukuku di meja. Teman-temanku yang lain sudah lebih dulu keluar, ingin segera pulang dan bermalas-malasan. Udara dingin yang mencekam seperti ini memaksa mata selalu ingin terpejam, dan tubuh selalu rindu kasur.
Kelas sudah sepi, aku sudah siap meninggalkan kelas. Aku berdiri dari bangku yang kududuki, namun tubuhku terhempas lagi. Jemari yang tak begitu asing meremas bahuku; hingga aku kembali terduduk.
“Buru-buru ya, Sera?” sergah pria itu santai, kali ini ia duduk di sampingku. “Di luar hujan.”
“Oh, ya? Aku tidak peduli, aku ingin segera meninggalkan kelas ini.”
“Sera....”
“Apa?!”
“Kok sinis?”
“Mau yang manis? Romantis? Cih!”
“Lho, kamu marah?”
“Tidak.”
“Sungguh?”
“Bukan urusanmu! Sok misterius!”
“Kamu tidak tersenyum.”
“Aku hanya tersenyum pada orang yang menurutku penting.”
“Sejak peristiwa kemarin sore, aku belum juga jadi seseorang yang penting bagimu?”
Aku terdiam.
“Sera, kok diam?”
“Aku tidak paham dengan perlakuanmu tadi, kamu diam, tidak menatapku, tidak menyapaku, tidak melirik ke arahku... tidak sehangat kemarin.”
“Aku kira kamu marah.” jawab pria itu setengah berbisik, lengannya menyentuh lenganku. “Ketahuilah, Sera. Kadang, pria memang tak perlu menunjukkan perasaannya.”
“Semua pria gengsi. Gengsi gede-gedean!”
“Kamu berarti belum paham.”
“Apa yang harus kupahami? Aku sudah cukup lelah dengan pelajaran hari ini, aku tak ingin memenuhi otakku lagi dengan pemahaman-pemahaman aneh.”
“Kamu lelah karena pelajaran?”
“Tentu saja.”
“Padahal, selama pelajaran, kamu sibuk menatapku.”
Deg. Bibirku terkunci. Kelu.
“Tatapanmu yang tajam, mendelik, namun menggoda itu bisa kurasakan, Sera.”
“Jadi, kamu juga memerhatikanku?”
Ia mengangguk pelan.
“Lalu, kenapa tidak balas menatapku?”
“Tatapan tak harus dibalas dengan tatapan.”
Pria bersorot mata hangat itu mendekat, ketika tubuhnya bergerak cepat, aku tak bisa lagi mengelak.
Ia memelukku. Tak pernah aku merasa sehangat itu.
“Aku Ravinto. Mohon diingat. Pentingkan aku dalam ingatanmu.”
Aku mengangguk pelan. Sentuhannya tak pernah kuduga.
Dia berbeda.